Kotamaya Luncurkan AI Kembaran Digital untuk Otomatisasi Social Networking
Sobat Maya ngerasa nggak sih, kalau circle pertemanan semakin berjarak seiring dengan perkembangan teknologi yang kian masif? Padahal, sudah coba menjalin silaturahmi lewat sosmed untuk komunikasi online biar lebih cepat dan instan. Kemajuan teknologi komunikasi harusnya bantu mempermudah relasi yang luas untuk merekatkan yang jauh, kan?
Berjarak karena Medsos
Photo by pikisuperstar on Freepik
Media sosial jadi wadah berkomunikasi di era digital yang dinilai lebih mudah dan cepat untuk bersosialisasi maupun menyampaikan informasi. Bahkan tagline “Mendekatkan yang jauh” bisa terealisasi dengan baik. Jaringan sosial antar individu pun bisa mencakup jangkauan yang lebih luas, bahkan hingga ke ranah internasional.
Namun, media sosial juga berperan “Menjauhkan yang dekat” nih! Soalnya orang-orang, khususnya GenZ cenderung lebih fokus pada media sosialnya daripada lingkungan sekitar. Intimasi dalam komunikasi antar individu maupun kelompok melalui media sosial jadi berkurang bahkan hilang. Mengutip dari situs The Digital Age dari University of New South Wales, aktivitas di media sosial mengurangi intensitas berinteraksi dengan orang-orang di kehidupan nyata. Misalnya, kamu lebih fokus dapetin likes dan balesin komentar dari postinganmu daripada ngobrol sama orang di sekitar.
AI Ancam Hubungan Sosial Jadi Renggang
Photo by pinterest/ businesstoday
Ditambah dengan kemunculan AI (Artificial Intelligence) jadi teknologi yang berkembang pesat diaplikasikan di banyak sektor kehidupan, yang mana bisa menirukan manusia dalam berpikir dan bekerja. Meskipun bisa mempercepat komunikasi dan meningkatkan persepsi interpersonal, tapi AI punya konotasi menciptakan anti-sosial. Hal ini diungkapkan pada studi baru dari ilmuwan Cornell University yang menemukan bahwa penggunaan AI dalam percakapan berdampak negatif pada dimensi sosial.
Mengutip dari sebuah artikel di New York Times yang berjudul “AI (Artificial Intelligence) Menimbulkan Risiko Kepunahan” membuat dunia menggemakan peringatan ini. Apalagi sekitar 350 pemimpin industri kecerdasan buatan setuju, bahwa percepatan kecerdasan buatan punya risiko negatif yang sama dengan dampak dari pandemi dan perang nuklir yang mana membuat hubungan sosial antar manusia menjadi renggang. Berdasarkan teori perubahan sosial dari William F. Ogburn, AI menjadi salah satu pemicu perubahan sosial.
Misalnya saja, AI yang bisa menjawab berbagai pertanyaanmu terkait kehidupan sehari-hari maupun ilmu pengetahuan. Alih-alih bertanya kepada sesamanya untuk membuka obrolan bahkan berdiskusi terkait suatu topik dari POV masing-masing yang personal, manusia malah mengandalkan AI yang menjawab secara general dari pengumpulan sumber data yang ada untuk menjawab keresahannya. Padahal, jangankan membahas topik yang spesifik untuk bahan ngobrol, kata Sosiolog Eric Klinenberg dan Jenny Leigh interaksi kecil seperti basa-basi itu juga penting untuk memenuhi kebutuhan bersosialisasi umat manusia loh! Makanya meski terlihat canggih, AI tetap tidak bisa menggantikan kreativitas, intuisi, serta kecerdasan emosional manusia saat menggarap pekerjaannya.
AI Kembaran Digital untuk Social Networking
Photo by Kotamaya
Berbeda dengan sosmed kebanyakan yang bikin kita abai sama sekitar saking asyiknya interaksi online, Kotamaya justru membuat kita bisa bertemu “wujud” manusianya langsung dalam bentuk avatar untuk bersosialisasi. Kotamaya juga berinovasi menciptakan kolaborasi antara manusia dengan AI untuk menghadapi tantangan di masa depan melalui Maya Twin. AI berwujud avatar diri kita ini punya pengetahuan dari memori personal yang sudah kita tulis sendiri. Sehingga, Maya Twin kita bisa ngobrol secara otomatis berdasarkan data teks yang di-input sesuai dengan pemikiran kita yang subjektif. Kalau AI lainnya menyerap sekumpulan data general, penyimpanan pemikiran kita pada Maya Twin justru secara individu untuk membawa manfaat bagi sesama.
Maya Twin atau kembaran digital kita ini bisa saling sapa guna mempererat yang dekat dan memperluas relasi antar manusia yang jauh layaknya percakapan langsung yang kita lakukan, bukan seperti AI lainnya yang justru menciptakan jarak kerenggangan. Bukan pula sebagai tembok layaknya AI kebanyakan yang menghalangi komunikasi langsung, Maya Twin justru sebagai jembatan atas interpretasi dari masing-masing kita yang menggunakan dengan tampilan avatar kita yang persis seperti aslinya. Selain itu, lebih praktis dan efisien di kala kita sedang sibuk dengan aktivitas real-life, Maya Twin akan mewakilkan kita untuk ngobrol virtual dengan cepat dan tanggap.
Jadi, kamu mau kapan nih bikin AI Kembaran Digital versimu sendiri?
Kotamaya Luncurkan AI Kembaran Digital untuk Otomatisasi Social Networking
Sobat Maya ngerasa nggak sih, kalau circle pertemanan semakin berjarak seiring dengan perkembangan teknologi yang kian masif? Padahal, sudah coba menjalin silaturahmi lewat sosmed untuk komunikasi online biar lebih cepat dan instan. Kemajuan teknologi komunikasi harusnya bantu mempermudah relasi yang luas untuk merekatkan yang jauh, kan?
Berjarak karena Medsos
Photo by pikisuperstar on Freepik
Media sosial jadi wadah berkomunikasi di era digital yang dinilai lebih mudah dan cepat untuk bersosialisasi maupun menyampaikan informasi. Bahkan tagline “Mendekatkan yang jauh” bisa terealisasi dengan baik. Jaringan sosial antar individu pun bisa mencakup jangkauan yang lebih luas, bahkan hingga ke ranah internasional.
Namun, media sosial juga berperan “Menjauhkan yang dekat” nih! Soalnya orang-orang, khususnya GenZ cenderung lebih fokus pada media sosialnya daripada lingkungan sekitar. Intimasi dalam komunikasi antar individu maupun kelompok melalui media sosial jadi berkurang bahkan hilang. Mengutip dari situs The Digital Age dari University of New South Wales, aktivitas di media sosial mengurangi intensitas berinteraksi dengan orang-orang di kehidupan nyata. Misalnya, kamu lebih fokus dapetin likes dan balesin komentar dari postinganmu daripada ngobrol sama orang di sekitar.
AI Ancam Hubungan Sosial Jadi Renggang
Photo by pinterest/ businesstoday
Ditambah dengan kemunculan AI (Artificial Intelligence) jadi teknologi yang berkembang pesat diaplikasikan di banyak sektor kehidupan, yang mana bisa menirukan manusia dalam berpikir dan bekerja. Meskipun bisa mempercepat komunikasi dan meningkatkan persepsi interpersonal, tapi AI punya konotasi menciptakan anti-sosial. Hal ini diungkapkan pada studi baru dari ilmuwan Cornell University yang menemukan bahwa penggunaan AI dalam percakapan berdampak negatif pada dimensi sosial.
Mengutip dari sebuah artikel di New York Times yang berjudul “AI (Artificial Intelligence) Menimbulkan Risiko Kepunahan” membuat dunia menggemakan peringatan ini. Apalagi sekitar 350 pemimpin industri kecerdasan buatan setuju, bahwa percepatan kecerdasan buatan punya risiko negatif yang sama dengan dampak dari pandemi dan perang nuklir yang mana membuat hubungan sosial antar manusia menjadi renggang. Berdasarkan teori perubahan sosial dari William F. Ogburn, AI menjadi salah satu pemicu perubahan sosial.
Misalnya saja, AI yang bisa menjawab berbagai pertanyaanmu terkait kehidupan sehari-hari maupun ilmu pengetahuan. Alih-alih bertanya kepada sesamanya untuk membuka obrolan bahkan berdiskusi terkait suatu topik dari POV masing-masing yang personal, manusia malah mengandalkan AI yang menjawab secara general dari pengumpulan sumber data yang ada untuk menjawab keresahannya. Padahal, jangankan membahas topik yang spesifik untuk bahan ngobrol, kata Sosiolog Eric Klinenberg dan Jenny Leigh interaksi kecil seperti basa-basi itu juga penting untuk memenuhi kebutuhan bersosialisasi umat manusia loh! Makanya meski terlihat canggih, AI tetap tidak bisa menggantikan kreativitas, intuisi, serta kecerdasan emosional manusia saat menggarap pekerjaannya.
AI Kembaran Digital untuk Social Networking
Photo by Kotamaya
Berbeda dengan sosmed kebanyakan yang bikin kita abai sama sekitar saking asyiknya interaksi online, Kotamaya justru membuat kita bisa bertemu “wujud” manusianya langsung dalam bentuk avatar untuk bersosialisasi. Kotamaya juga berinovasi menciptakan kolaborasi antara manusia dengan AI untuk menghadapi tantangan di masa depan melalui Maya Twin. AI berwujud avatar diri kita ini punya pengetahuan dari memori personal yang sudah kita tulis sendiri. Sehingga, Maya Twin kita bisa ngobrol secara otomatis berdasarkan data teks yang di-input sesuai dengan pemikiran kita yang subjektif. Kalau AI lainnya menyerap sekumpulan data general, penyimpanan pemikiran kita pada Maya Twin justru secara individu untuk membawa manfaat bagi sesama.
Maya Twin atau kembaran digital kita ini bisa saling sapa guna mempererat yang dekat dan memperluas relasi antar manusia yang jauh layaknya percakapan langsung yang kita lakukan, bukan seperti AI lainnya yang justru menciptakan jarak kerenggangan. Bukan pula sebagai tembok layaknya AI kebanyakan yang menghalangi komunikasi langsung, Maya Twin justru sebagai jembatan atas interpretasi dari masing-masing kita yang menggunakan dengan tampilan avatar kita yang persis seperti aslinya. Selain itu, lebih praktis dan efisien di kala kita sedang sibuk dengan aktivitas real-life, Maya Twin akan mewakilkan kita untuk ngobrol virtual dengan cepat dan tanggap.
Jadi, kamu mau kapan nih bikin AI Kembaran Digital versimu sendiri?