Teknologi VR untuk Jelajahi Metaverse, Beri Dampak Mengkhawatirkan?
Melihat perkembangan internet yang masif seperti sekarang, kehidupan ke depannya akan diramalkan berfokus pada metaverse. Tidak cukup hanya di dunia nyata, metaverse menjadi opsi lanjutan manusia untuk berkembang dengan memanfaatkan teknologi canggih sebagai pendukungnya.
Pasti kamu nggak asing dengan VR dong, kalau sudah dengar kata ‘metaverse’? Yap, headset VR (Virtual Reality) ini menjadi alat yang menjanjikan penggunanya untuk mendapat pengalaman seru dan sensasi real menjelajahi dunia virtual. Namun, penggunaan alat ini menimbulkan beberapa macam kekhawatiran, khususnya di ranah kesehatan.
Perangkat VR
Headset VR adalah salah satu perangkat yang mendukung seseorang untuk eskplor metaverse. VR bahkan dianggap bisa membenamkan penggunanya ke dunia 3D namun, dunia nyata di sekitarnya bukan bagian dari pengalaman virtualnya. Melalui kacamata dan headset, perangkat ini membuat penggunanya bisa melihat, mendengar, hingga merasakan sensasi metaverse secara nyata.
Selain VR, ada juga AR yang menjadi pilihan dan memiliki perbedaan. Kalau VR menciptakan dunia virtual yang bisa dijelajahi, AR sesuai dengan namanya Augmented Reality mendigitalisasi objek di dunia nyata ke dunia virtual. Kedua perangkat ini juga bisa digabungkan untuk menunjang aspek audio dan sensorik pengguna dalam merasakan. metaverse.
Seru Tapi Berat
Photo by Aarón Blanco Tejedor on Unsplash
Menjamin lingkungan virtual 3D yang terasa nyata di metaverse, membuat VR menjadi perangkat pilihan banyak orang. Namun, keseruan itu akan terasa jika kamu tidak terlalu tenggelam dalam waktu lama di metaverse. Hal ini diungkapkan banyak orang yang sudah menjajalkan dirinya dengan sosok avatar di metaverse menggunakan perangkat VR.
Seperti misalnya pengalaman seorang senior personal tech columnist, Joanna Stern di akun YouTube Wall Street Journal yang mencoba hidup di metaverse selama 24 jam dengan memanfaatkan VR. Setelah melakukan banyak aktivitas dengan alat cukup berat itu, mata dan kepalanya terasa sakit. Perasaan menyenangkan dan seru menjelajahi metaverse ternyata hanya bertahan beberapa jam di awal.
Efek ke Mata
Selain berat di kepala dan menimbulkan sakit mata serta pusing, ternyata VR juga memiliki dampak negatif buat kesehatan penggunanya. Beberapa ahli mengungkapkan jika VR bisa menimbulkan efek jangka panjang pada kemampuan mata kita. Mata jadi susah menentukan fokus antara benda jarak jauh dan dekat secara bergantian. Meski belum bisa diidentifikasikan secara khusus, kita tetap perlu mengantisipasinya.
Jangkankan VR yang ada di depan mata, pasti saat kecil kita sudah dibiasakan untuk melihat TV dengan jarak tertentu agar mata tidak rusak, kan? Kebiasaan hidup yang kurang baik, seperti melihat TV atau gadget dalam jarak terlalu dekat saja bisa menimbulkan masalah kesehatan pada mata, apalagi dengan VR yang di depan mata persis.
Hal ini juga disampaikan oleh Elon Musk yang berpendapat bahwa menggunakan VR justru memicu pusing saat bermain gim. Orang terkaya tahun 2021 versi Forbes itu juga bilang, bahwa orang tidak akan suka duduk sepanjang waktu menggunakan VR.
“Itu akan merusak penglihatanmu, bukan? Dan sekarang kita punya TV secara harfiah di sini (wajah). Aku seperti apa? Apakah itu baik untukmu?” ujar Elon mengutip dari Cointelegraph.
Dampak VR pada Kesehatan
Photo by James Yarema on Unsplash
Selain kesehatan pada mata, VR juga bisa menimbulkan rasa mabuk, khususnya jika menghadirkan konten jalan-jalan dan kecepatan benda bergerak dalam gim di metaverse. Hal ini berdasarkan teori bahwa, kurangnya ada kesepakatan antara alat indera membuat pengguna merasakan sakit jika digunakan dalam jangka waktu lama.
Kehilangan kesadaran spasial juga sangat mungkin terjadi saat menggunakan VR. Apalagi jika kamu pakai VR full-room seperti milik HTC Vive. Hanya butuh 30 menit menggunakannya, bisa membuatmu merasa sulit mengidentifikasi keberadaan benda di dunia nyata. Itu kenapa, saat menjelajahi dunia virtual dengan VR dianjurkan tidak ada benda perabotan di sekitarmu.
Buat kamu yang memiliki riwayat vertigo atau rentan mabuk, kemungkinan besar bakal mengalami disorientasi yang nggak menyenangkan saat pakai VR untuk beraktivitas di metaverse. Selain itu, disorientasi juga bisa dialami siapapun jika menggunakan VR tanpa istirahat. Ditambah, saat kamu memainkan gim yang menyangkut gerakan cepat, terbang, jatuh, hingga ketinggian bisa menyebabkan disorientasi esktrem loh!
VR Bikin Kesenjangan Sosial
Nggak hanya berdampak pada kesehatan yang bikin keberadaan VR untuk jelajahi metaverse menimbulkan kontra. Kesenjangan sosial juga terasa akibat perlunya perangkat ini yang membuat metaverse tidak bisa dirasakan semua orang. Harganya cukup pricey, membuat dunia virtual hanya bisa dieksplor oleh orang-orang tertentu yang sanggup membeli seperangkat alat VR.
Padahal, metaverse sendiri ditujukan sebagai dunia baru untuk perkembangan umat manusia ke depannya. Kalau hanya segelintir individu yang bisa menjamah metaverse dan butuh biaya mahal, bagaimana nasib masyarakat menengah ke bawah? Apakah kesempatan berkembang dan mengikuti kemajuan zaman membuat lapisan masyarakat di dunia terkotak-kotakkan?
Kotamaya Bisa Dijangkau Semua Orang
Photo by Afif Kusuma on Unsplash
Metaverse, VR, AR bahkan mungkin MR merupakan satu kolase yang penting untuk segelintir orang bisa merasakan dunia virtual 3D. Namun, dari banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaannya, membuat Kotamaya mencari alternatif terbaik agar semua orang bisa menjelajahi metaverse.
Platform yang dikembangkan sejak tahun 2017 ini diperuntukkan semua lapisan masyarakat yang bisa diakses dengan mudah melalui perangkat mobile. Nggak harus smartphone canggih dengan harga selangit, pengguna Android 6.0 dengan minimal kapasitas RAM 1 GB saja sudah bisa akses Kotamaya loh! Meski begitu, ke depannya VR akan dikembangkan Kotamaya biar kamu bisa merasakan sensasi lebih real di dunia virtual dengan meminimalisir risiko.
Kamu juga nggak perlu khawatir soal biaya tambahan sebagai syarat registrasi. Di Kotamaya, justru kamu dapat Koin Maya gratis untuk memulai eksplor metaverse buatan anak bangsa tersebut. Ditambah, kamu juga dapat tiket untuk klaim tanah gratis yang bisa dimanfaatkan buat berbagai hal, misalnya bangun rumah, mendirikan perusahaan, buka usaha, dan kreativitas lainnya yang tak terbatas.
Teknologi VR untuk Jelajahi Metaverse, Beri Dampak Mengkhawatirkan?
Melihat perkembangan internet yang masif seperti sekarang, kehidupan ke depannya akan diramalkan berfokus pada metaverse. Tidak cukup hanya di dunia nyata, metaverse menjadi opsi lanjutan manusia untuk berkembang dengan memanfaatkan teknologi canggih sebagai pendukungnya.
Pasti kamu nggak asing dengan VR dong, kalau sudah dengar kata ‘metaverse’? Yap, headset VR (Virtual Reality) ini menjadi alat yang menjanjikan penggunanya untuk mendapat pengalaman seru dan sensasi real menjelajahi dunia virtual. Namun, penggunaan alat ini menimbulkan beberapa macam kekhawatiran, khususnya di ranah kesehatan.
Perangkat VR
Headset VR adalah salah satu perangkat yang mendukung seseorang untuk eskplor metaverse. VR bahkan dianggap bisa membenamkan penggunanya ke dunia 3D namun, dunia nyata di sekitarnya bukan bagian dari pengalaman virtualnya. Melalui kacamata dan headset, perangkat ini membuat penggunanya bisa melihat, mendengar, hingga merasakan sensasi metaverse secara nyata.
Selain VR, ada juga AR yang menjadi pilihan dan memiliki perbedaan. Kalau VR menciptakan dunia virtual yang bisa dijelajahi, AR sesuai dengan namanya Augmented Reality mendigitalisasi objek di dunia nyata ke dunia virtual. Kedua perangkat ini juga bisa digabungkan untuk menunjang aspek audio dan sensorik pengguna dalam merasakan. metaverse.
Seru Tapi Berat
Photo by Aarón Blanco Tejedor on Unsplash
Menjamin lingkungan virtual 3D yang terasa nyata di metaverse, membuat VR menjadi perangkat pilihan banyak orang. Namun, keseruan itu akan terasa jika kamu tidak terlalu tenggelam dalam waktu lama di metaverse. Hal ini diungkapkan banyak orang yang sudah menjajalkan dirinya dengan sosok avatar di metaverse menggunakan perangkat VR.
Seperti misalnya pengalaman seorang senior personal tech columnist, Joanna Stern di akun YouTube Wall Street Journal yang mencoba hidup di metaverse selama 24 jam dengan memanfaatkan VR. Setelah melakukan banyak aktivitas dengan alat cukup berat itu, mata dan kepalanya terasa sakit. Perasaan menyenangkan dan seru menjelajahi metaverse ternyata hanya bertahan beberapa jam di awal.
Efek ke Mata
Selain berat di kepala dan menimbulkan sakit mata serta pusing, ternyata VR juga memiliki dampak negatif buat kesehatan penggunanya. Beberapa ahli mengungkapkan jika VR bisa menimbulkan efek jangka panjang pada kemampuan mata kita. Mata jadi susah menentukan fokus antara benda jarak jauh dan dekat secara bergantian. Meski belum bisa diidentifikasikan secara khusus, kita tetap perlu mengantisipasinya.
Jangkankan VR yang ada di depan mata, pasti saat kecil kita sudah dibiasakan untuk melihat TV dengan jarak tertentu agar mata tidak rusak, kan? Kebiasaan hidup yang kurang baik, seperti melihat TV atau gadget dalam jarak terlalu dekat saja bisa menimbulkan masalah kesehatan pada mata, apalagi dengan VR yang di depan mata persis.
Hal ini juga disampaikan oleh Elon Musk yang berpendapat bahwa menggunakan VR justru memicu pusing saat bermain gim. Orang terkaya tahun 2021 versi Forbes itu juga bilang, bahwa orang tidak akan suka duduk sepanjang waktu menggunakan VR.
“Itu akan merusak penglihatanmu, bukan? Dan sekarang kita punya TV secara harfiah di sini (wajah). Aku seperti apa? Apakah itu baik untukmu?” ujar Elon mengutip dari Cointelegraph.
Dampak VR pada Kesehatan
Photo by James Yarema on Unsplash
Selain kesehatan pada mata, VR juga bisa menimbulkan rasa mabuk, khususnya jika menghadirkan konten jalan-jalan dan kecepatan benda bergerak dalam gim di metaverse. Hal ini berdasarkan teori bahwa, kurangnya ada kesepakatan antara alat indera membuat pengguna merasakan sakit jika digunakan dalam jangka waktu lama.
Kehilangan kesadaran spasial juga sangat mungkin terjadi saat menggunakan VR. Apalagi jika kamu pakai VR full-room seperti milik HTC Vive. Hanya butuh 30 menit menggunakannya, bisa membuatmu merasa sulit mengidentifikasi keberadaan benda di dunia nyata. Itu kenapa, saat menjelajahi dunia virtual dengan VR dianjurkan tidak ada benda perabotan di sekitarmu.
Buat kamu yang memiliki riwayat vertigo atau rentan mabuk, kemungkinan besar bakal mengalami disorientasi yang nggak menyenangkan saat pakai VR untuk beraktivitas di metaverse. Selain itu, disorientasi juga bisa dialami siapapun jika menggunakan VR tanpa istirahat. Ditambah, saat kamu memainkan gim yang menyangkut gerakan cepat, terbang, jatuh, hingga ketinggian bisa menyebabkan disorientasi esktrem loh!
VR Bikin Kesenjangan Sosial
Nggak hanya berdampak pada kesehatan yang bikin keberadaan VR untuk jelajahi metaverse menimbulkan kontra. Kesenjangan sosial juga terasa akibat perlunya perangkat ini yang membuat metaverse tidak bisa dirasakan semua orang. Harganya cukup pricey, membuat dunia virtual hanya bisa dieksplor oleh orang-orang tertentu yang sanggup membeli seperangkat alat VR.
Padahal, metaverse sendiri ditujukan sebagai dunia baru untuk perkembangan umat manusia ke depannya. Kalau hanya segelintir individu yang bisa menjamah metaverse dan butuh biaya mahal, bagaimana nasib masyarakat menengah ke bawah? Apakah kesempatan berkembang dan mengikuti kemajuan zaman membuat lapisan masyarakat di dunia terkotak-kotakkan?
Kotamaya Bisa Dijangkau Semua Orang
Photo by Afif Kusuma on Unsplash
Metaverse, VR, AR bahkan mungkin MR merupakan satu kolase yang penting untuk segelintir orang bisa merasakan dunia virtual 3D. Namun, dari banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaannya, membuat Kotamaya mencari alternatif terbaik agar semua orang bisa menjelajahi metaverse.
Platform yang dikembangkan sejak tahun 2017 ini diperuntukkan semua lapisan masyarakat yang bisa diakses dengan mudah melalui perangkat mobile. Nggak harus smartphone canggih dengan harga selangit, pengguna Android 6.0 dengan minimal kapasitas RAM 1 GB saja sudah bisa akses Kotamaya loh! Meski begitu, ke depannya VR akan dikembangkan Kotamaya biar kamu bisa merasakan sensasi lebih real di dunia virtual dengan meminimalisir risiko.
Kamu juga nggak perlu khawatir soal biaya tambahan sebagai syarat registrasi. Di Kotamaya, justru kamu dapat Koin Maya gratis untuk memulai eksplor metaverse buatan anak bangsa tersebut. Ditambah, kamu juga dapat tiket untuk klaim tanah gratis yang bisa dimanfaatkan buat berbagai hal, misalnya bangun rumah, mendirikan perusahaan, buka usaha, dan kreativitas lainnya yang tak terbatas.